Desa Inspirasi Lifestyle

Lestarikan Warisan Leluhur, Warga Desa Talagahiyang Gelar Tradisi Ngatir di Bulan Maulid

tradisi ngatir di desa talagahiyang cipanas lebak banten
Potret tradisi ngatir, Warga Desa Sipayung datang ke Masjid yang berada di Desa Talagahiyang untuk mengambil makanan yang disimpan di dalam bakul (hanceungan) yang telah disiapkan oleh warga Desa Talagahiyang.

LEBAK – Di tengah modernisasi dan perubahan gaya hidup masyarakat, warga Desa Talagahiyang, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Lebak, Banten, masih mempertahankan tradisi warisan leluhur yang sarat nilai kebersamaan dan gotong royong, yaitu tradisi “Ngatir”.

Ngatir adalah tradisi tukar-menukar makanan antarwarga yang biasa digelar pada bulan Maulid (12 Rabiul Awal) dan bulan Ruwah (15 Sya’ban) dalam penanggalan Hijriah.

Tradisi ini dilakukan dalam bentuk “hancengan” yaitu wadah besar seperti bakul berisi aneka makanan, kue tradisional, hingga nasi lengkap dengan lauk-pauk.

Ngatir bukan sekadar kegiatan tukar makanan, melainkan juga menjadi simbol syukur, wujud cinta kepada Nabi Muhammad SAW, serta sarana mempererat tali silaturahmi antarwarga. Biasanya, warga mengantar hancengan ke Majlis Ta’lim.

Warga Sumber Harjo Protes, Oknum Ketua BPD Gelar Musrenbangdes 2026 Dinilai Ilegal

Menariknya, tradisi ini juga sering dilakukan secara kolaboratif antara desa, seperti antara Desa Talagahiyang dan Desa Sipayung, yang berada di kecamatan yang sama.

Pertukaran hancengan antardesa ini menjadi momentum memperkuat persatuan antarwarga, tanpa memandang perbedaan status sosial atau ekonomi.

“Ngatir adalah bentuk nyata kearifan lokal yang menumbuhkan rasa persaudaraan. Ini bukan soal besar-kecilnya makanan, tapi tentang saling memberi dan menerima,” ungkap salah satu warga Desa Talagahiyang yang enggan disebutkan namanya. Jumat (5/9/2025).

Sawah Mengering, Petani Sumberejo Tuduh Ulu-ulu Jual Air Rp700 Ribu ke Desa Lain

Ia menjelaskan, tradisi ngatir di Desa Talagahiyang ini dimulai pada pagi hari, dimana warga dari Desa Sipayung datang ke Masjid yang berada di Desa Talagahiyang untuk mengambil makanan yang disimpan di dalam bakul (hanceungan) yang telah disiapkan oleh warga Desa Talagahiyang.

“Sebaliknya sekitar ba’da Dzuhur, warga Desa Talagahiyang mendatangi Masjid yang berada di Desa Sipayung untuk mengambil makanan yang disimpan di dalam bakul (hanceungan) yang telah disiapkan warga Desa Sipayaung,” sambungnya.

bakul berisi aneka makanan dalam tradisi ngatir

Hanceungan (Bakul berisi nasi, lauk pauk, dan aneka makanan)

“Dalam satu bakul (hanceungan) dibuat kelompok dengan satu kelompok berjumlah lima atau enam orang yang mengikuti ngatir, baik muda ataupun anak-anak sama saja dan mendapatkan porsi yang sama tidak ada perbedaan,” paparnya.

Tradisi Ngatir selalu diawali dengan Tahlilan, pembacaan shalawat, dan doa bersama, lalu dilanjutkan dengan saling bertukar hanceungan.

Kegiatan ini mencerminkan semangat Islam yang rahmatan lil ‘alamin, mengajarkan umat untuk saling peduli, berbagi, dan menjaga harmoni sosial.

Karya Bakti TNI 2025 di Desa Trimulyo Resmi Ditutup, Bupati Pesawaran Tekankan Kolaborasi Pembangunan

Di era digital dan individualisme yang semakin tinggi, tradisi Ngatir menjadi benteng budaya dan identitas lokal yang perlu dijaga. Pemerintah desa dan tokoh masyarakat diharapkan terus mendukung pelestarian tradisi ini agar tetap hidup dan diwariskan ke generasi muda.

Reporter : Odih Kodari

×